Pengertian dan Proses Siklus Sulfur
oleh
SAKTIAGROTEKNLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi sulfur
Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel
periodik yang memiliki lambang S
dan nomor atom 16. Bentuknya adalah non-metal yang tak berasa, tak berbau dan
multivalent. Belerang, dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin
kuning. Di alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai
mineral- mineral sulfide dan sulfate. Ia adalah unsur penting untuk kehidupan
dan ditemukan dalam bentuk senyawa asam amino unit kecil dari protein. Protein
ini penting pertumbuhan .
Sulfur
terdapat dalam bentuk sulfur anorganik, sulfur direduksi oleh bakteri menjadi
sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau hidrogen
sulfida. Hidrogen sulfida ini seringkali mematikan mahluk diperairan dan pada
umumnya dihasilkan dari penguraian bahan organik yang mati. Tumbuhan menyerap
sulfur dalam bentuk sulfat (SO4). Perpindahan sulfat terjadi melalui
proses rantai makanan, lalu semua mahluk hidup mati dan akan diuraikan komponen
organiknya oleh bakteri. Beberapa jenis bakteri terlibat dalam daur sulfur,
antara lain Desulfomaculum dan Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat
menjadi sulfide dalam bentuk hydrogen sulfide (H2S) kemudian H2S
digunakan bakteri fotoautotrof anaerob seperti Chromatium dan melepaskan sulfur
dan oksigen. Sulfur dioksida menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrop seperti
Thiobacillus.
Belerang
atau sulfur merupakan unsur penyusun protein. Tumbuhan mendapat sulfur dari
dalam tanah dalam bentuk sulfat (SO4 ). Kemudian tumbuhan tersebut dimakan
hewan sehingga sulfur berpindah ke hewan. Lalu hewan dan tumbuhan mati
diuraikan menjadi gas H2S atau menjadi sulfat lagi. Secara alami,
belerang terkandung dalam tanah dalam bentuk mineral tanah. Ada juga yang
gunung berapi dan sisa pembakaran minyak bumi dan batubara.
Daur tipe
sedimen cenderung untuk lebih kurang sempurna dan lebih mudah diganggu oleh
gangguan setempat sebab sebagian besar bahan terdapat dalam tempat dan relatif
tidak aktif dan tidak bergerak di dalam kulit bumi. Akibatnya, beberapa bagian
dari bahan yang dapat dipertukarkan cenderung " hilang" untuk waktu
yang lama apabila gerakan menurunnya jauh lebih cepat dari pada gerakan
"naik" kembali. Setiap daur melibatkan unsur organisme untuk membantu
menguraikan senyawa-senyawa menjadi unsur-unsur.
2.2. Pengertian dan Proses Siklus Sulfur
Siklus
sulfur atau daur belerang adalah perubahan sulfur dari hidrogen sulfida menjadi
sulfur dioksida lalu menjadi sulfat dan kembali menjadi hidrogen sulfida lagi.
Sulfur di alam ditemukan dalam berbagai bentuk. Dalam tanah ditemukan dalam
bentuk mineral, diudara dalam bentuk gas sulfur dioksida, dan dalam tubuh
organisme sebagai penyusun protein.
Siklus sulfur didahului oleh pembentukan
sulfur dari kerak bumi dan atmosfer. Secara alami, sulfur terkandung di dalam
tanah dalam bentuk mineral tanah. Dimana kerak bumi umumnya mengandung sekitar
0,06% belerang. Sulfida-sulfida logam terdapat dalam bebatuan plutonik, yaitu
batuan yang membeku di dalam kerak bumi dan tidak mencapai ke permukaan bumi.
Bebatuan plutonik ini apabila hancur dan mengalami pelapukan akan membebaskan
sulfida ini melalui reaksi oksidasi dan menghasilkan sulfat (SO4-2)
yang kemudian mengalami presipitasi (pengendapan) dalam bentuk garam-garam
sulfat yang larut atau tidak
Di atmosfer, terdapat hampir 0,05 ppm belerang dalam bentuk gas belerang
dioksida (SO2) yang merupakan hasil emisi pembakaran bahan bakar
berbelerang seperti minyak bumi dan batubara yang banyak dihasilkan oleh asap
kendaraan dan pabrik atau gas belerang dari gunung berapi semisal gunung arjuno
di Jawa Timur. Gas SO2 tersebut kemudian terkena uap air hujan
sehingga gas tersebut berubah menjadi sulfat yang jatuh di tanah, sungai dan
lautan. Dimana tanah yang mengandung banyak belerang adalah tanah-tanah
berpasir dan tanah-tanah yang tinggi kandungan oksida Fe dan Al seperti mineral
Pirit (FeS) dan rendah kandungan bahan organik. Sedangkan produksi sulfat
melalui dekomposisi bahan organik berupa protein dan senyawa organik lainnya
yang akan menghasilkan senyawa-senyawa sederhana berupa H2S dan sulfida (S2) yang jika teroksidasi
akan menjadi sulfat (SO4-2).
Tumbuhan kemudian menyerap sulfat (SO4-2) yang
mengendap pada tanah, sungai, dan lautan. Di dalam tubuh tumbuhan, sulfur
digunakan sebagai bahan penyusun protein. Hewan dan manusia mendapatkan sulfur
dengan jalan memakan tumbuhan yang juga dimanfaatkan sebagai energi cadangan
berupa protein. Jika tumbuhan dan hewan mati, jasad renik (dekomposer) akan
menguraikannya menjadi gas berbau busuk yakni H2S dan sulfida (S2).
Siklus
sulfur di mulai dari dalam tanah, yaitu ketika ion-ion sulfat diserap oleh akar
dan di metabolisme menjadi penyusun protein dalam tubuh tumbuhan, ketika hewan
dan manusia memakan tumbuhan, protein tersebut akan berpindah ke tubuh manusia.
Dari dalam tubuh manusia senyawa sulfur mengalami metabolisme yang sisa-sisa
hasil metabolisme tersebut diuraikan oleh bakteri dalam lambung berupa gas dan
dikeluarkan melalui kentut. Semakin besar kandungan sulfur dalam kentut maka
kentut akan semakin bau.
Hidrogen
sulfida (H2S) berasal dari penguraian hewan dan tumbuhan yang mati
oleh mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Hidrogen sulfida hasil
penguraian sebagian tetap berada dalam tanah dan sebagian lagi dilepaskan di
udara dalam bentuk gas hidrogen sulfida. Gas hidrogen sulfida di udara kemudian
bersenyawa dengan oksigen membentuk sulfur dioksida. Sedangkan hidrogen sulfida
yang tertinggal di dalam tanah dengan bantuan bakteri akan diubah menjadi ion
sulfat dan senyawa sulfur oksida. Ion sulfat akan diserap kembali oleh tanaman
sedangkan sulfur dioksida akan bereaksi dengan oksigen dan air membentuk asam
sulfat (H2SO4) yang kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk
hujan asam. Hujan asam juga dapat disebabkan oelh polusi udara seperti
asap-asap pabrik, pembakaran kendaraan bermotor, dll. Hujan asam dapat
menjadi penyebab korosi batu-batuan dan
logam. H2SO4 yang jatuh kedalam tanah oleh bakteri
dipecah lagi menjadi ion sulfat yang kembali diserap oleh tumbuhan, tumbuhan di
makan oleh hewan dan manusia, makhluk hidup mati diuraikan oleh bakteri
menghasilkan sulfur kembali. Begitu seterusnya. Siklus sulfur atau daur
belerang tidak akan pernah terhenti selama salah satu komponen penting seperti
tumbuhan masih ada di permukaan bumi ini.
Dalam
daur sulfur atau daur belerang, untuk merubah sulfur menjadi senyawa belerang
lainnya setidaknya ada dua jenis proses yang terjadi. Yaitu melalui reaksi
antara sulfur, oksigen, dan air serta oleh aktivitas mikroorganisme. Beberapa
mikroorganisme yang berperan dalam siklus sulfur antara lain adalah bakteri Desulfomaculum dan bakteri Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat
menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S). Kemudian H2S
digunakan oleh bakteri fotoautotrof anaerob (Chromatium) dan melepaskan sulfur serta oksigen. Kemudian sulfur
dioksidasi yang terbentuk diubah menjadi sulfat oleh bakteri kemolititrof (Thiobacillus).
Dalam
daur belerang mikroorganisme yang bertanggung jawab pada setiap proses
transformasi adalah sebagai berikut.
1.
H2Sà S à SO4 à bakteri sulfur tak berwarna, hijau, dan ungu.
2.
SO4 à H2S à bakteri desulfovibrio dalam reaksi reduksi sulfat anaerobik.
3.
H2S à SO4 à bakeri thiobacilli dalam proses reaksi oksidasi sulfide aerobik.
4.
Sulfur organik à SO4 + H2S à mikroorganisme heterotrofik aerobik dan anaerobik.
Proses rantai makanan disebut-sebut sebagai proses perpindahan
sulfat, yang selanjutnya ketika semua mahluk hidup mati dan nanti akan
diuraikan oleh komponen organiknya yakni bakteri. Beberapa bakteri yang
terlibat dalam proses daur belerang (sulfur) adalah Desulfibrio dan Desulfomaculum
yang nantinya akan berperan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk
(H2S) atau hidrogen sulfida. Sulfida sendiri nantinya akan
dimanfaatkan oleh bakteri Fotoautotrof anaerob seperti halnya Chromatium dan
melepaskan sulfur serta oksigen. Bakteri kemolitotrof seperti halnya Thiobacillus yang akhirnya akan
mengoksidasi menjadi bentuk sulfat.
Pada aliran energi lebih
ditekankan pada perputaran energi yang terjadi diantara komponen ekosistem.
Siklus energi ini diawali dari energi matahari yang ditangkap oleh produsen,
kemudian terus berputar tiada henti pada konsumen dan semua komponen ekosistem
yang. hal ini karena menurut hukum termodinamika bahwa energi dapat berubah
bentuk, tidak dapat dimusnahkan serta diciptakan. Perubahan bentuk energi ini
dikenal dengan istilah transformasi energi. Aliran energi di alam atau
ekosistem tunduk kepada hukum-hukum termodinamika tersebut.
Dengan
proses fotosintesis energi cahaya matahari ditangkap oleh tumbuhan, dan diubah
menjadi energi kimia atau makanan yang disimpan di dalam tubuh tumbuhan. Proses
aliran energi berlangsung dengan adanya proses rantai makanan. Tumbuhan dimakan
oleh herbivora, dengan demikian energi makanan dari tumbuhan mengalir masuk ke
tubuh herbivora. Herbivora dimakan oleh karnivora, sehingga energi makanan dari
herbivora masuk ke tubuh karnivora.
Sulfur berperan dalam penyimpanan dan pembebasan energi karena sulfur
merupakan komponen penting asam-asam amino esensial penyusun protein tanaman
maupun hewan, seperti methionin, sistein, dan sistin, juga dalam pembentukan
polipeptida. Meskipun sulfur tidak berperan langsung dalam pembentukan energi
(ATP) seperti phospor, namun sulfur berperan dalam sintesis protein. Dimana
protein nantinya akan dirombak menjadi karbonhidrat jika zat makanan penghasil energi utama tidak mencukupi. Itu sebabnya
mengapa protein berperan sebagai penghasil energi. Ketika hewan dan tumbuhan
mati, dekomposer seperti bakteri akan menguraikan tubuh makhluk hidup tersebut
menjadi gas H2S.
Beberapa
bakteri anaerob melakukan kemosintesis. Dimana kemosintesis merupakan proses pembentukan senyawa bahan organik dari
zat-zat anorganik dengan menggunakan energi yang berasal dari reaksi-reaksi
kimia. Pada kemosintesis elektron donor berasal dari bahan anorganik sedehana,
misalnya hidrogen, nitrgen, besi dan sulfur. Selama kemosintesis, elektron
dilepaskan dari bahan anorganik sehingga menjadi molekul yang tereduksi.
Substansi terduksi ini akan menimbulkan energi kimia, dan digunakan untuk
produksi ATP serta NADPH. Selanjutnya, ATP dan NADPH menyediakan energi untuk
sintesis karbohidrat.
Proses biologi terjadi ketika pembentukan sulfat melibatkan berbagai jenis mikroorganisme
yang berperan sebagai dekomposer. Berikut adalah bakteri yang berperan dalam
pembentukan sulfat.
- H2S → S → SO4-2; bakteri fotoautotrof tak berwarna, hijau dan ungu.
- SO4-2 → H2S (reduksi sulfat anaerobik); bakteri Desulfovibrio dan Desulfomaculum.
- H2S → SO4-2 (Pengoksidasi sulfide aerobik); bakteri kemolitotrof : bakteri Thiobacilli.
- Senyawa Organik → SO4-2 + H2S, masing-masing mikroorganisme heterotrof aerobik dan anaerobik
Proses kimia terjadi ketika sulfat mengendap di dalam permukaan tanah hasil dari
pengoksidasian mineral sulfida (batuan plutonik), berikut adalah contoh
persamaan reaksi pembentukan sulfat melalui oksidasi mineral sulfida, misalnya
mineral besi sulfida.
2 FeS2 + 7 O2 + 2 H2O
→ 2 Fe2+ + 4 SO42− + 4 H+
Proses kimia juga terjadi
ketika gas SO2 terbentuk melalui pembakaran hasil emisi pembakaran
gas belerang atau aktivitas gunung berapi. Persamaan reaksinya:
S (s) + O2 (g) → SO2 (g)
Proses kimia juga terjadi ketika gas H2S terbentuk melalui
aktivitas biologis ketika bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa
oksigen (aktivitas anaerobik), seperti di rawa, dan saluran pembuangan kotoran.
Gas ini juga muncul pada gas yang timbul dari aktivitas gunung berapi dan gas
alam. Persamaan reaksinya:
1S -2(s) + 2H+ (g) → H2S
(g)
Proses kimia dan biologi juga terjadi ketika sulfida (S2),
belerang dioksida (SO2) dan (H2S) berubah menjadi SO4
atau sebaliknya dengan bantuan dari dekomposer. Dimana didalam
proses-proses tersebut juga terdapat reaksi-reaksi kimia.
- H2S → S → SO4-2
- SO4-2 → H2S
- H2S → SO4-2
- Senyawa Organik → SO4-2 + H2S
Siklus
sulfur-iodin merupakan sederet proses termokimia yang digunakan untuk
mendapatkan hidrogen. Ia terdiri dari tiga reaksi kimia yang keseluruhan
reaktannya adalah air dan keseluruhan produknya adalah hidrogen dan
oksigen.
2 H2SO4 →
2 SO2 + 2 H2O + O2
|
(830 °C)
|
|
I2 + SO2 +
2 H2O → 2 HI + H2SO4
|
(120 °C)
|
|
2 HI → I2 +
H2
|
(320)
|
Senyawa sulfur dan iodin
didaur dan digunakan ulang. Proses ini bersifat endotermik dan haruslah terjadi
pada suhu yang tinggi. Siklus sulfur iodin sekarang ini sedang diteliti sebagai
metode yang praktis untuk mendapatkan hidrogen. Namun karena penggunaan asam
korosif yang pekat pada suhu yang tinggi, ia dapat menimbulkan risiko bahaya
keselamatan yang besar apabila proses ini dibangun dalam skala besar.
Dalam siklus Biogeokimia ini ada 3
hal pokok yaitu :
1.
Terjadi daur aliran zat kimia
dari Bio ke Geo atau dari Mahkluk hidup ke Bumi ( penguraian , zat sisa
ekskresi.fotosintesis , respirasi dll yang ditujukan kebumi dari mahkluk hidup)
2.
Terjadi daur aliran zat kimia
dari Geo ke Bio yang tidak lain adalah pemanfaatan zat kimia entah dalam bentuk
organik maupun anorganik, biasanya oleh tumbuhan lewat akarnya, ataupun segala
yang ada di bumi yang dimanfaatkan untuk survivalnya entah itu
respirasi,fotosintesis)
3.
Terjadi daur aliran zat kimia
dari Geo ke Geo maksudnya senyawa kimia di udara bisa pindah ke darat misalnya
lewat hujan - darat ke udara - darat ke air - air ke darat dll karena
pelapukan, erosi, pengendapan . Yang tentu semua itu pasti untuk suatu
keseimbangan.
4.
Sulfur terdapat dalam bentuk sulfat anorganik.
Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam
bentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini seringkali
mematikan mahluk hidup di perairan dan pada umumnya dihasilkan dari penguraian
bahan organik yang mati.
2.3. Peran Manusia
dan Hujan Asam
Manusia juga berperan dalam siklus sulfur. Hasil pembakaran pabrik yang
merupakan aktifitas manusia membawa sulfur ke atmosfer. Ketika hujan terjadi,
turunlah hujan asam yang membawa H2SO4 kembali ke tanah.
Hal ini dapat menyebabkan perusakan batuan juga tanaman.
Hujan asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan asam
disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar
fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida
dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan
air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh
bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadarkeasaman
tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman.
Air hujan yang asam tersebut
akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti
berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman. Secara alami hujan asam dapat
terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan dari proses biologis di tanah,
rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas
manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan
pabrik pengolahan pertanian (terutama amonia). Gas-gas yang dihasilkan oleh
proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di atmosfer sebelum
berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah.
Hujan asam dapat terbentuk
dari proses reaksi gas yang mengandung sulfat. Sulfat dioksida (SO2)
yang bereaksi dengan Oksigen (O2) dengan bantuan dari sinar
ultraviolet yang berasal dari sinar matahari.
2.4. Dampak
Sulfur atau Belerang
Udara
yang tercemar Sulfur
Oksida (SOx) menyebabkan manusia akan
mengalami gangguan pada sistem pernafasannya. Hal ini karena gas SOx yang
mudah menjadi asam tersebut menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan,
dan saluran nafas yang lain sampai ke paru-paru. Serangan gas SOx tersebut
menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena.
Pengaruh
utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistem
pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi
pada konsentrasi SO2 sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan pada
beberapa individu yang sensitive iritasi terjadai pada konsentrasi 1-2 ppm. SO2 dianggap
polutan yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita
yang mengalami penyakit kronis pada sistem pernafasan dan kardiovaskular.
Sulfur
dioksida (SO2) bersifat iritan kuat pada kulit dan lendir, pada
konsentrasi 6-12 ppm mudah diserap oleh selaput lendir saluran pernafasan
bagian atas, dan pada kadar rendah dapat menimbulkan spesme tergores otot-otot
polos pada bronchioli, speme ini dapat menjadi hebat pada keadaan dingin dan
pada konsentrasi yang lebih besar terjadi produksi lendir di saluran pernafasan
bagian atas, dan apabila kadarnya bertambah besar maka akan terjadi reaksi
peradangan yang hebat pada selaput lendir disertai dengan paralycis cilia, dan
apabila pemaparan ini terjadi berulang kali, maka iritasi yang berulang-ulang
dapat menyebabkan terjadi hyper plasia dan meta plasia sel-sel epitel dan
dicurigai dapat menjadi kanker.
Sulfur
dioxide (SO2) memiliki cakupan-cakupan yang sangat mengganggu. Bila kita
menghirup SO2 hanya menembus sejauh hidung dan tenggorokan maka sejumlah kecil
konsentrasi SO2 akan mencapai paru-paru. Akan tetapi jika menghirup secara
berat dalam artian ada di lokasi gas belerang dalam waktu yang lama, maka
bernapaslah hanya melalui mulut atau konsentrasi dari SO2 akan menjadi tinggi.
Efek dari gas belerang terhadap manusia sangatlah bervariasi. Dimana dengan
konsentrasi rendah pada 1ppm yang telah dihirup manusia akan mengalami
pengurangan fungsi paru-paru. Meskipun pada penelitian terhadap 7 sukarelawan
hanya 1 orang yang mengalami efek tidak baik pada 1 ppm. Jika selama 10 hingga
30 menit kedapatan konsentrasi mencapai 5 ppm akan mengakibatkan sesak napas
pada cabang tenggorokan kita. Bila kedapatan selama 20 menit mencapai
konsentrasi 8 ppm akan memerahkan tenggorokan, gangguan pada hidung, dan iritasi
pada tenggorokan. Sekitar 20 ppm merupakan titik kritis dari iritasi
konsentrasi SO2, meskipun ada beberapa laporan bahwa ada orang-orang yang
bekerja pada konsentrasi melampaui 20 ppm. Konsentrasi sebesar 500 ppm sangat
tidak dianjurkan untuk dihirup oleh manusia.
Pada beberapa kasus dimana
terdapat konsentrasi SO2 yang sangat tinggi pada ruangan tertutup, dapat
mengakibatkan gangguan saluran udara, hypoxemia (kekurangan oksigen pada
darah), dan kematian dalam hitungan menit. Efek dari pulmonary edema(gangguan
pada paru-paru) meliputi batuk dan napas pendek yang dialami selama berjam-jam
atau berhari-hari setelah kedapatan menghirup konsentrasi SO2. Gejala-gejala
ini menyakitkan hati dan menguras tenaga. Hasil dari kedapatan menghirup
konsentrasi dalam waktu yang sering, akan melukai paru-paru secara permanen.
Selain itu, Belerang dioksida adalah zat berbahaya di atmosfer, sebagai
pencemar udara.
2.5. Fungsi Sulfur
Dalam kehidupan, sulfur atau
belerang berperan dalam:
a.
Menstabilkan struktur protein. Ikatan sulfida
sangat penting artinya untuk membentuk protein stabil.
b.
Berperan dalam mengaktifkan enzim, karena
berbagai enzim membutuhkangugus sulfurhidril (-SH) yang bebas, untuk melakukan
aktivasinya. Dengandemikian sulfur berperan dalam proses oksidasi-reduksi atau
pernafasan jaringan.
c.
Berperan dalam metabolisme energi dengan cara
membentuk senyawa denganko-enzim A.
d.
Sulfur berfungsi sebagai peredam racun. Gugus
sulfur yang aktif bersenyawadengan racun itu sehingga menjadi senyawa yang
tidak berbahaya, kemudian dikeluarkan melalui urin.
e.
Membantu pembentukan butir hijau daun sehingga daun menjadi lebih hijau
f.
Menambah kandungan protein dan vitamin hasil panen.
g.
Meningakatkan jumlah anakan yang di hasilkan (pada tanaman padi).
h.
Berperan penting pada proses pembulatan zat gula.
i.
Memperbaiki warna,aroma, dan kelenturan daun tembakau (khusus pada tembakau omprongan).
j Memperbaiki aroma, mengurangi penyusutan selama penyimpangan, memperbesar umbi & bawang merah
k.
Sulfur sangat berperan dalam pembentukan
klorofil dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan jamur. Sulfur
juga membentuk senyawa minyak yang menghasilkan aroma seperti pada jenis bawang
dan cabe. Pada tanaman kacang sulfur merangsang pembentukan bintil akar didalam
tanah, sulfur berperan untuk menurunkan PH tanah alkali.
BAB III
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Salah satu
siklus kimia yang penting adalah siklus sulfur. Adanya siklus sulfur membuat
ketersediaan sulfur di bumi tetap terjaga. Siklus sulfur terjadi dalam suatu
rantai makanan, yang dimulai dari tumbuhan. Di dalam tubuh tumbuhan belerang
dari dalam tanah digunakan sebagai penyusun protein. Hewan dan manusia
mendapatkan belerang dengan jalan memakan tumbuhan. Jika tumbuhan dan hewan
mati, jasad renik akan menguraikannya lagi menjadi gas atau menjadi dan ,
yang mengandung unsur sulfur.
Keseimbangan
siklus ini perlu dijaga. Jika aktivitas manusia tidak memperhatikan lingkungan,
keseimbangan unsur dalam siklus akan terganggu sehingga proporsi komponen yang
seharusnya menjadi bergeser. Akibat ketidakseimbangan tersebut, terjadi
berbagai masalah yang dampaknya tidak hanya berpengaruh terhadap manusia,
tetapi juga terhadap lingkungan hidup, seperti terjadinya hujan asamyang
disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar
fosil sertanitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur
dioksida dan nitrogen oksida. Penggunaan bahan bakar fosil yang terlalu banyak
melepaskan sulfur yang berlebih ke atmosfir yang kemudian akan bereaksi dengan
gas-gas di atmosfir dan uap air, kemudian turun sebagai hujan asam yang
bersifat merusak. Oleh karena itu pemahaman mengenai keseimbangan siklus
biogeokimia diperlukan untuk membuat suatu rancangan manajemen lingkungan yang
baik, termasuk lingkungan industri.
5.2. Saran
Ada beberapa saran yang
perlu kami sampaikan kepada pihak – pihak terkait :
5.2.1. Pemerintah perlu memberikan sanksi – sanksi yang tegas terkait dengan
sistem cerobong udara / asap limbah pabrik yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang – undangan yang berlaku. Karena hal tersebut terkait dengan dampak
hujan asam yang kini marak terjadi.
5.2.2. Para cendikiawan seyogyanya perlu melakukan penelitian lebih lanjut mengenai peran manusia dalam
siklus sulfur serta dampak dari penggunaan sulfur terhadap kesehatan makhluk
hidup.
5.2.3. Para mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat perlu melakukan penelitian,
tindakan promotif serta preventif terkait dengan dampak hujan asam terhadap
kesehatan di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Belerang
. http://id.wikipedia.org/wiki/Belerang diakses
pada tanggal 13 April 2013 pukul 16.00
Anonim. 2011. Hiu Berkeliaran di Banjir Queensland
Australia. http://alfredoelectroboy.wordpress.com , diakses pada
tanggal 13 April 2013
pukul 16.00
Astrini, Nur. 2010.Siklus
Sulfur. http://nurastini.blogspot.com/2010/02/siklus-sulfur.html diakses pada tanggal 13 April 2013 pukul 17.00
Basukriadi, Adi. 2011. Populasi, Ekosistem, Biosfir. http://staff.ui.ac.id/internal/131472297/material/EKOSISTEM.pdf , diakses pada
tanggal 13 April 2013
pukul 16.00
Buchari, dkk. 2001. Kimia Lingkungan. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Jakarta.
Fardiaz. 1992. Polusi Air dan Udara. Gramedia: Jakarta
Jumin, H.B. 2002. Agroekologi Suatu Pendekatan Fisiologis.
PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Kristanto, Philip. 2004. Ekologi Industri. Penerbit ANDI: Yogyakarta.
Prsetyo, Eko.2010. Unsur
Hara Makro Yang Dibutuhkan Tanaman http://www.ekopras.com/2010/07/06/6-unsur-hara-makro-yang-dibutuhkan-tanaman/ ,
diakses pada tanggal 13 April 2013
pukul 17.00
Riastuti, Dwi. 2005. Daur
Biogeokimia. http://www.freewebs.com/ciget/daur%20biogeokimia.html, diakses pada
tanggal 14 April 2013
pukul 14.00
Soemirat.2002. Epidemiologi
Lingkungan. Gramedia:Jakarta
Syamsuri, Istamar, dkk. Biologi Untuk SMA Kelas X Semester 2. 2007.
Malang: Erlangga.
Wardhana.2001. Dampak
Pencemaran Lingkungan. http://05mei1995.blogspot.com/2012/05/siklusdaur-sulfur-biogeokimia.html, diakses pada
tanggal 15 April 2013
pukul 11.00
Tentang Saya :
TTL : Makassar, 01 Oktober 1995
Tentang Saya :
TTL : Makassar, 01 Oktober 1995
The King Casino
BalasHapusThe jancasino king casino in Oklahoma offers a wide goyangfc.com variety casino-roll.com of games. The casino communitykhabar offers several slots, poker, blackjack, and live games to choose from. 출장샵 We will also